Kamis, 30 Juni 2011

S•O•M•B•O•N•G

0 komentar

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan.

Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember & menyikat lantai rumahnya keras-keras.

Pria itu bertanya,

“Apa yang sedang Anda lakukan?”

Sang Guru menjawab,

“Tadi saya kedatangan serombongan tamu yg meminta nasihat.

Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka.

Mereka pun tampak puas sekali.

Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya MERASA menjadi orang yang hebat.

Kesombongan saya mulai bermunculan.

Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya.”

Saudaraku.....,

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, benih-benihnya kerap muncul tanpa kita sadari.

Di tingkat pertama,

sombong disebabkan oleh faktor materi.

Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua,

sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan.

Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga,

sombong disebabkan oleh faktor kebaikan.

Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik....,

Semakin tinggi tingkat kesombongan,

Semakin sulit pula kita mendeteksinya.

Sombong karena materi sangat mudah terlihat,

namun sombong karena pengetahuan,

apalagi sombong karena kebaikan,

sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari, kita memeriksa hati kita.

Karena setiap hal yang baik dan yang bisa kita lakukan,

semua karena ANUGRAH TUHAN.

Kita ini manusia hanya seperti debu, yang suatu saat akan hilang dan lenyap.

Kesombongan hanya akan membawa kita pada kejatuhan yang dalam.

(Catatan Lutfi S Fz)

Apa itu ‎S•O•M•B•O•N•G ?

Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:

“Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebiji atom dari sifat sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah menolak kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain[HR Muslim].

Jadi setiap KEBENARAN yang telah kita dapatkan (terutama yang datang dari Allah dan Rasul-Nya) lalu kita menolak dan mengabaikannya itu adalah ‎S•O•M•B•O•N•G. Dan bila kita meremehkan atau memandang rendah orang lain, itu juga ‎S•O•M•B•O•N•G.

”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’:37]

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]

Dari al-Aghar dari Abu Hurarirah dan Abu Sa’id, Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman; Kemuliaan adalah pakaian-Ku, sedangkan sombong adalah selendang-Ku. Barang siapa yang melepaskan keduanya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya”. [HR Muslim]

(Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min:76]

Abi Salamah meriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bertemu dengan Ibn Umar di Marwah. Keduanya kemudian turun dan berbicara satu sama lain. Selanjutnya Abdullah bin Amr berlalu dan Ibn Umar duduk sambil menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya tentang apa yang membuatnya menangis, beliau menjawab: “Laki-laki ini (yakni Abdullah bin Amr) telah mengaku bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda:

“Barang siapa yang di dalam hatinya ada sebiji atom dari sifat sombong, maka Allah Swt akan menimpakan api neraka ke arah wajahnya”.

Allah mengingatkan bahwa manusia diciptakan dari air mani yang menjijikan. Pantaskah manusia bersikap sombong?

”Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!” [Yaa Siin:77]

Semoga hati kita terjaga dari sifat ‎S•O•M•B•O•N•G, walaupun sangat kecil.. yang akan menyempitkan dada, dan kita bisa menikmati kedamaian dengan sifat T•A•W•A•D•H•U..

OFA



Oleh: Facebook: Kata-kata Hikmah

Senin, 23 Mei 2011

Petua Mencuci Hati

0 komentar

Segala aspek kehidupan ini bermula daripada hati. Oleh itu di bawah ini ada beberapa cara bagaimana hendak mencuci hati. Diolah oleh pakar motivasi Datuk Dr. Haji Fadzilah Kamsah.


1. Dirikan solat dan banyakkan berdo'a – Ini adalah salah satu kaedah yang sungguh berkesan. Semasa berdo'a turut katakan "Ya,Allah jadikan hatiku bersih"

2. Selawat keatas Nabi Muhammad s.a.w paling minima 100 X sebelum tidur – Ini merupakan satu pelaburan yang mudah dan murah. Disamping dosa-dosa diampunkan, otak tenang, murah rezeki, orang sayangkan kita dan mencetuskan semua perkara kebaikan.

3. Solat taubat – Selain daripada memohon keampunan, dapat mencuci hati dan menenangkan minda.

4. Membaca Al-Quran – Selain dapat mencuci hati juga menenangkan jiwa, penyembuh, penenang, terapi. Sekurang- kurangnya bacalah "Qulhu-allah" sebanyak 3X.

5. Berma'af-ma'afan sesama kawan setiap hari.

6. Bisikan kepada diri perkara yang positif – Jangan sesekali mengkritik, kutuk diri sendiri, merendah-rendahkan kebolehan diri sendiri.katakan lah "Aku sebenarnya......(perkara yang elok-elok belaka)

7. Program minda/cuci minda – Paling baik pada waktu malam sebelum tidur, senyum, pejam mata, katakan di dalam hati : "Ya, Allah cuci otak aku, cuci hatiku, esok aku nak jadi baik, berjaya, ceria, bersemangat, aktif, positif". Menurut kajian psikologi, apa yang disebut sebelum tidur dapat dirakamkan sepanjang tidur sehingga keesokan harinya – cubalah!!

8. Berpuasa – Sekiranya dalam berpuasa terhindar dari melakukan perkara-perkara kejahatan.

9. Mengingati mati – Sekiranya hendak melakukan sesuatu kejahatan, tidak sampai hati kerana bimbang akan mati bila- bila masa.

10. Kekalkan wuduk.

11. Bersedekah.

12. Belanja orang makan.

13. Jaga makanan – jangan makan makanan yang shubhah.(diragui halal dan haramnya.)

14. Berkawan dengan ulama'.

15. Berkawan dengan orang miskin (menginsafi.)

16. Pesan pada orang, jadi baik.

17. Menjaga pacaindera (mata, telinga, mulut dan lain-lain.)



Artikel iluvislam.com

Senin, 11 Oktober 2010

Takabur (Sombong)

0 komentar
  1. Pengertian Takabur

  2. Rasulullah SAW mendefinisikan “takabbur” sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”. Pengertian itu Nabi sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus. Sabda Nabi : Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. HR. Muslim.

  3. Bahaya Takabur

  4. Takabbur sangat berbahaya bagi manusia. Ia merupakan kesalahan pertama yang dilakukan makhluk Allah (iblis) di dunia ini, yang menyebabkannya diusir dari surga. Pada kenyataannya takabbur itu menyebabkan hal-hal berikut ini :

    1. Jauh dari Kebenaran

    2. Firman Allah SWT : “ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” (7 : 146)

    3. Terkunci mati hatinya

    4. Firman Allah SWT : “Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (40 : 35)

    5. Mengalami kegagalan dan kebinasaan

    6. Firman Allah SWT : “..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala” (14 : 35)

    7. Tidak disukai Allah SWT

    8. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (16 : 23)

    9. Tidak akan masuk sorga

    10. Sabda Nabi : “Tidak akan masuk sorga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan” HR. Muslim

    11. Akan menjadi penghuni neraka jahannam

    12. Firman Allah SWT : “ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” (40 : 60)

      Ketika seseorang memiliki sifat sombong, maka ia akan tertutup dari akhlak mulia, antara lain :

      • Tidak akan mencintai sesama muslim sebagaimana ia mencintai diri sendiri. ia selalu memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sendiri.

      • Tidak akan tawadhu’(rendah hati), karena selalu merasa lebih baik.

      • Tidak akan dapat meninggalkan rasa dendam, karena merasa mampu membalas fihak yang merugikannya.

      • Tidak dapat jujur. Karena untuk menutupi kekurangan tidak jarang ia harus berdusta.

      • Tidak akan dapat mengendalikan marah. Karena merasa mampu melampiaskannya.

      • Tidak bisa melepaskan diri dari sifat hasad (iri).

      • Tidak dapat menasehati atau menerima nasehat dengan lembut dan halus

      • Selalu memandang rendah orang lain.


  5. Macam-Macam Takabur


    1. Takabbur kepada Allah

    2. Inilah bentuk takabbur terburuk, seperti yang pernah dilakukan oleh Namrud, Fir’aun dan sejenisnya. QS. 40 : 60, 25 : 60

    3. Takabbur kepada Rasul

    4. Yaitu sikap tinggi hati, menolak mengikuti dan mematuhi Nabi, karena menganggapnya sebagai manusia biasa (QS. 23:34, 36:15). Seperti yang dinyatakan kaum kafir Quraisy kepada Nabi : “Bagaimana kami bisa duduk di sisimu hai Muhammad, sementara yang ada di sekitarmu orang-orang faqir”

    5. Takabur atas sesama manusia

    6. Yaitu dengan membanggakan diri dan meremehkan orang lain. Takabbur ini meskipun tidak seberat yang pertama dan kedua, namun masih sangat berbahaya karena :

      • Kebesaran dan kehormatan hanya milik Allah, selainnya lemah dan terbatas.

      • Ketika seseorang takabbur, ia merampas salah satu sifat kebesaran Allah.


  6. Penyebab Takabur

  7. Pada umumnya orang yang sombong adalah orang yang memiliki kebanggaan diri, karena memiliki sifat,kemampuan atau prestasi lebih dari yang lain.

    1. Ilmu

    2. Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya (QS 58:11). Ia lebih mengkhawatirkan orang lain daripada diri sendiri. Kesombongan karena ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :

      • ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakekat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur. QS 35 : 28

      • keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takabbur dengan ilmu yang didapatnya.

    3. Amal Ibadah

    4. Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak otomatis terbebas dari takabbur. Misalnya dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa hanya dirinya yang selamat. dst. Rasulullah bersabda :
      “Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.” HR Muslim.
      Dengan pernyataan ini ia membanggakan diri dan meremehkan orang lain.

    5. Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)

    6. Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya, dan bahkan takabbur karena faktor ini sering kali membuat ia menganggap orang lain sebagai budaknya, dan rasa keberatan untuk berbaur dengan mereka.

      Dari Abu Dzarr ra berkata: Suatu hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi. Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”. Nabi segera memotong ucapanku: “Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam, kecuali dengan taqwa”. Mendengar itu saya berbaring dan mempersilahkan Bilal untuk menginjak-injak muka saya. HR Ahmad.

      Dalam hadits di atas, Rasulullah segera menegur orang yang merasa lebih baik keturunannya. Dan Abu Dzarr segera bertaubat menyesali perbuatannya.

    7. Al Jamal (ketampanan/kecantikan)

    8. Takabbur karena faktor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita, terwujud dalam celaan, atau gunjingan terhadap kekurangan fihak lain.

      Aisyah ra berkata : Ada seorang wanita yang ingin bertemu Nabi, dan aku katakan kepada Nabi dengan isyarat tanganku yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek. Sabda Nabi ketika itu :”Sesungguhnya kamu telah menggunjingnya”.

      Sikap ini muncul karena adanya kesombongan dalam diri orang seperti Aisyah yang berpostur tubuh lebih baik dari orang tadi. Sebab jika ia berpostur tubuh pendek seperti orang yang diceritakan itu, tentu ia tidak akan mengatakannya.

    9. Al Maal (kekayaan)

    10. Takabbur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat, penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang merasa lebih kaya meremehkan orang yang dipandang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya. Seperti ungkapan : “uang jajan anak saya sehari, cukup kamu makan seumur hidupmu, dst.

      Hal ini terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua kebun yang congkak dan akhirnya binasa (QS. 18:34-42) atau Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya (QS 28:79-81).

    11. Al Quwwah (kekuatan)

    12. Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.

    13. Al Atba’ (pengikut/pendukung)

    14. Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, dsb. sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seorang guru menjadi takabbur karena merasa banyak muridnya. Seorang pejabat menjadi takabbur karena banyak pengikutnya, dst.

      Secara umum, setiap nikmat yang bisa dianggap sebagai nilai lebih pada seseorang berpotensi untuk melahirkan benih takabbur pada seseorang.

  8. Terapi Takabur

  9. Takabbur adalah penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa saja. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama. Terdapat dua tahapan utama dalam melakukan terapi penyakit takabbur, yaitu :

    1. Pencabutan akar dan pohonnya dari hati.

    2. Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal.

      Ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini sudah cukup untuk mencabut akar takabbur dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sadar bahwa ia adalah makhluk hina, lebih lemah dari lainnya, lebih miskin dari siapapun juga. Tidak ada yang pantas baginya kecuali tawadhu’ kepada sesama. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahwa tidak ada yang layak untuk takabbur kecuali Allah – Allahu Akbar.

      Amal yang dibutuhkan adalah sikap tawadhu’ kepada sesama manusia karena Allah, dengan senantiasa meneladani akhlak orang-orang shalih sebelumnya seperti akhlak Rasulullah SAW yang makan di atas tanah (tanpa kursi) dan mengatakan :”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang makannya seperti hamba lainnya”

      Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus berupa amal. Dari itulah rukun Islam utama setelah syahadat adalah menegakkan shalat karena dalam shalat itu terdapat sekian banyak rahasia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang mendirikan shalat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.

      Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takabbur pada diri seseorang, antara lain lima hal berikut ini :

      • Berdiskusi dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menrima dengan senang.

      • Berkumpul dalam sebuah haflah (acara). Lalu ada orang lain yang lebih diprioritaskan, apakah sikapnya keberatan atau tidak.

      • Memenuhi undangan orang miskin. Pergi ke pasar membelikan sesuatu untuk orang lain

      • Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takabbur. Jika mau karena terpaksa maka itu kemalasan. Jika mau karena disaksikan banyak orang maka itu riya’.

      • Mengenakan pakaian yang sudah kusam. Dsb.

      Inilah beberapa kondisi berkumpulnya riya’ dan takabbur pada seseorang. Jika dalam keramaian maka riya’ ikut menjebak, jika dalam kesepian takabbur terus mengintai.

      Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan obatnya.

    3. Penghindaran dan pengendalian diri

    4. Penyebab takabbur adalah prestasi yang pernah dicapai manusia. Ketidak siapan dan ketidak mampuan menerima hasil dari penyebab-penyebab tertentu berpotensi melahirkan sikap takabbur.




Oleh : Arif Luqman Nadhirin

Kalkalah

0 komentar
  • Kalkalah Keras
Level kalkalah yang paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut bertasydid.Seperti huruf qaf pada.(قال رب احكم بالحق).Contoh:
Al-Baqarah (2 : 176)

  • Kalkalah Rendah
Level kalkalah yang paling rendah terjadi apabila huruf kalkalah terletak di tengah-tengah kata.Seperti huruf qaf pada kalimat.(وخلقناكم أزواجا).
Contoh:
Yaa Siin (36 : 54)

  • Kalkalah Sedang

Level kalkalah yang sedang (pertengahan) terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut tidak bertasydid. Seperti huruf Thaa pada kalimat.(والله من ورائهم محيط).
Contoh:
Huud (11 : 92)

Sabtu, 09 Oktober 2010

Hukum Mim Sukun

0 komentar
  • Idgham Mitslain Shaghir
    Idgham mitslain shaghir menurut etimologi berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid ialah memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang bertasydid. Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf yang makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.Idgham mitslain shaghir mempunyai satu huruf, yaitu mim.
    Contoh:
    Al-Waqi'ah (56 : 81)

  • Ikhfa Syafawi
    Ikhfa Syafawi menurut ethimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf yang sifatnya antara izhar dan idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung. Dinamakan syafawi karena huruf mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba.
    Contoh:

    Ath-Thuur (52 : 20)

  • Izhar Syafawi

    Izhar Syafawi menurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi karena mim sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada izhar karena ketepatan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar. Izhar Syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiah selain huruf mim dan ba. Catatan: Jika terdapat huruf wau dan fa setelah mim sukun, huruf mim wajib dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa. Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba. Alasannya, karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara makhraj huruf mim dengan huruf fa sangat berdekatan.
    Contoh:
    Al-Fajr (89 : 6)

Kamis, 07 Oktober 2010

Hukum Nun Sukun dan Tanwin

0 komentar
Izhar
  • Izhar Halqi
    Izhar halqimenurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan.Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung, dinamakan halqi karena makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan). Hurufnya enam, yaitu: ء, ه, ع, ح, خ, dan غ.
    Contoh:
    Al-Fatihah (1 : 7),
  • Izhar Mutlak
    Izhar mutlakmenurut etimologi berarti memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dinamakan mutlak karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir. Izhar mutlak terjadi apabila nun sukun (ْن) bertemu dengan ي (ya) atau و (wau) dalam satu kata. Izhar semacam ini dalam Alquran hanya terdapat pada empat tempat yaitu: (الدنيا - بنيان - صنوان - قنوان) dan (يس والقرآن الحكيم) , (ن والقلم وما يسطرون) karena aturan bacaan kedua-duanya adalah izhar mutlak walaupun berada dalam dua kata. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.
    Contoh:
    Al-An'am (6 : 99),
Idgham
  • Idgham Bighunnah
    Idgham bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat(ينمو) (Yanmu), yaitu: م , ن , ي dan و (ya, Nun, Mim wau). Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali pada dua tempat, yaitu: pada ayat(يس والقرآن الحكيم) dan (ن والقلم وما يسطرون) yang harus dibaca izhar mutlak, berbeda dengan kaedah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.
    Contoh:
    Al-Baqarah (2 : 58),
  • Idgham Bilagunnah
    Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu:(ر) ra dan (ل) lam. Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunnah kecuali nun yang terdapat pada ayat (َمن راق), karena di sini harus dibaca saktah (diam sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.
    Contoh:

    Al-Baqarah (2 : 25),


Iqlab

Iqlab menurut etimologi berarti merubah sesuatu dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti meletakkan huruf tertentu pada posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang disembunyikan (huruf mim). Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan tuturan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa.Contoh:
An-Nahl (16 : 66),
Ikhfa Hakiki

Ikhfa menurut etimologi berarti menyembunyikan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf antara izhar dan idgham tanpa tasydid dan disertai dengan dengung. Disebut juga ikhfa hakiki (real) karena kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak dari huruf lainnya. Huruf ikhfa ada lima belas, yaitu awal kata dari kalimat: (صف/ ذا/ ثنا/ كم/ جاد/ شخص/ قد/ سما/ دم/ طيبا/ زد/ في/ تقى/ ضع/ ظالما).
Contoh:
An-Naml (27 : 11),

Senin, 04 Oktober 2010

Motivasi Dalam Belajar

0 komentar

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam kegiatan belajar, seperti yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu, bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.

Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau terpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).

Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.

Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.

Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akan cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu:
  1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi,
  2. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal),
  3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.


Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:
  1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat.
  2. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
  3. Menentukan arah perbuatan.
  4. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh.
  5. Menyeleksi perbuatan.
  6. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)


Jenis-jenis motivasi:
  1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
  2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)


Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
  1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
  2. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
  3. Hadiah.
  4. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.
  5. Saingan/kompetisi.
  6. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
  7. Pujian.
  8. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.
  9. Hukuman.
  10. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.
  11. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
  12. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.
  13. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
  14. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
  15. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
  16. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.
  17. Menggunakan metode yang bervariasi.
  18. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, maupun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.
  19. Media.
  20. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.





Sumber Bacaan:
Goleman, Daniel, Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.